INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis |
Vol.
1 No. 1 Januari 2019 |
PENGARUH KEBIJAKAN KAS, LIQUIDITAS LEVERAGE DAN
LEARNING TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR LISTED
Aen Fariah
Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung Jawa Barat, Indonesia
Email: aenfariah1995@gmail.com
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima : 6 Agustus 2018 Diterima dalam bentuk revisi : 10 Oktober 2018 Diajukan: 30 Desember 2018 |
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui sebesar pengaruh kebijakan kas, Liquiditas Leverage
dan Learning terhadap kebijakan Dividen pada perusahaan Manufaktur Listed di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
menggunakan metode observasi non -
participant dan penelitian kepustakaan Prosedur penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang masuk indeks LQ 45. Data laporan keuangan didapat
dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi, variabel
dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji
statistik. 1. Berdasarkan hasil pengujian secara partial t Cash Ratio
terhadap Dividen Per Share (DPS) ini menggunakan tingkat signifikansi a = 5%
diperoleh t hitung sebesar 3,875. Kemudian tabel distribusi t dicari pada a =
5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 40-4-1 = 35 (n adalah jumlah
kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian diperoleh
untuk t tabel sebesar 2,030. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,875
> 2,030) maka Ho ditolak, artinya secara parsial terdapat pengaruh positif
antara Cash Ratio dengan Dividen Per Share (DPS) dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,070, sehingga Hipotesis 1 diterima. Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of
cash policy, Liquidity Leverage and Learning on Dividend policy in
Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange. This study usesobservation
methods non-participant and library
research. The procedure for determining the sample uses the purposive
sampling method. The population in this study are
companies that are included in the LQ 45 index. Financial statement data are
obtained from www.idx.co.id and the Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). The normality test aims to test whether in the regression model, the
dependent variable and the independent variable both have a normal
distribution or not. A good regression model is to have a normal or close to
normal data distribution. To detect normality can be done with statistical
tests. 1. Based on the partial test results t Cash Ratio to Dividend Per
Share (DPS) using a significance level of a = 5%, the t count is 3.875. Then
the t distribution table is searched at a = 5% with degrees of freedom (df)
nk-1 or 40-4-1 = 35 (n is the number of cases and k is the number of
independent variables). With the test obtained for the t table of 2.030.
Because the value of t arithmetic > t table (3.875 > 2.030) then Ho is
rejected, meaning that partially there is a positive influence between Cash
Ratio and Dividend Per Share (DPS) with a significance level of 0.070, so
that Hypothesis 1 is accepted.
Coresponden author: Aen Fariah Email: aenfariah1995@gmail.com artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi |
Kata kunci: kebijakan kas; liquiditas; kebijakan dividen. Keywords: cash
policy; liquidity; dividend policy. |
Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh investor. Berbagai macam informasi dibutuhkan oleh investor untuk mengurangi risiko, baik itu informasi kinerja perusahaan dan informasi lainnya yang relevan seperti keadaan ekonomi dan politik suatu Negara (Nufiati & Suwitho, 2015).
Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para
investor menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Kebijakan
dividen merupakan keputusan apakah perusahaan akan
membagikan laba yang diperoleh kepada pemegang saham sebagai dividen
atau dalam bentuk laba ditahan (retained earnings) sebagai pembiayaan investasi
di masa yang akan datang. Dividend payout ratio adalah bagian laba yang dibayar
sebagai dividen (Marcus et al., 2008).
Banyak faktor yang berpengaruh pada kebijakan dividen tunai, diantaranya adalah ukuran perusahaan (Soliha, 2002), (Nurhayati, 2013), profitabilitas perusahaan (Soliha, 2002), likuiditas perusahaan (Puspita, 2009) dan leverage (Nurlindiasari, 2016).
Studi empiris menyimpulkan hasil yang bervariasi mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen tunai. (Nurhayati, 2013) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada kebijakan dividen tunai, (Nufiati & Suwitho, 2015) menemukan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current ratio dan quick ratio tidak berpengaruh pada kebijakan dividen tunai dan profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai perusahaan. (Susmitha, 2016) menemukan bahwa profitabilitas, likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan baik secara parsial maupun simultan tidak berpengaruh pada kebijakan dividen tunai. (Marlisa & Rini, 2012) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh pada kebijakan dividen tunai. (Ipaktri, 2012) menemukan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh positif pada kebijakan dividen tunai (Nurlindiasari, 2016) menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen tunai, sedangkan profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh pada kebijakan dividen tunai.
Dengan adanya hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan profitabilitas pada kebijakan dividen tunai, maka penting untuk diteliti kembali. Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR), leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) dan profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) baik secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan dividen tunai pada indeks LQ 45. Indeks LQ 45 dipilih karena perusahaan yang masuk indeks LQ 45 merupakan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, mulai dari likuiditas dan profitabilitas yang baik, produktivitas yang tinggi dan merupakan perusahaan yang memiliki manajemen keuangan yang baik sehingga berdampak pada kesejahteraan pemegang saham.
(Stice, E.K., Stice, J.D., dan Skousen, 2005) dan (Suherli & Harahap, 2007) dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang masing-masing oleh pemilik. Dividen dapat berupa uang tunai atau saham. Weston dan Copeland (1992) dalam (Nurhayati, 2013) menjelaskan bahwa kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan.
Beberapa teori mengenai dividen telah dikembangkan oleh para pakar akuntansi dan manajemen keuangan, diantaranya:
1. Smoothing theory yang dikembangkan oleh (Sikalidis & Leventis, 2017) yang menyatakan
bahwa jumlah dividen bergantung pada keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya.
2. Dividend Irrelevance theory yang dikembangkan oleh (Mac an Bhaird, 2010) menjelaskan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang baik pada nilai perusahaan maupun biaya modal.
3. Bird in the hand theory yang dikembangkan oleh (Tang & Yang, 2017) yang menyatakan bahwa investor menyukai dividen yang tinggi karena dividen yang diterima seperti burung di tangan di mana risikonya lebih kecil atau mengurangi ketidakpastian dibandingkan dengan tidak adanya pembagian dividen.
4. Clientele effect theory yang dikembangkan oleh Black dan Scholes (1974)
mengasumsikan jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapat keuntungan dari pembayaran dividen terasebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas (dan setara kas seperti giro atau simpanan lain di bank yang dapat ditarik setiap saat), semakin tinggi likuiditas perusahaan, maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang berupa dividen. (Sawarjuwono & Kadir, 2003) menyatakan bahwa perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Penelitian (Ipaktri, 2012) menemukan bahwa likuiditas berpengaruh positif pada Kebijakan dividen.
H1: Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen tunai
Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Leverage menunjukkan berapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan (Keown & Martin, 2010). (Gill et al., 2010) menyatakan perusahaan yang leverage operasi atau keuangan tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Hal ini berarti perusahaan yang berisiko akan membayar dividen rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan pendanaan eksternal. Struktur permodalan perusahaan terdiri atas hutang dari kreditor dan pemegang saham. Struktur permodalan yang lebih tinggi dari hutang akan menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan membayar kewajiban terlebih dahulu dibandingkan dividen. (Nurlindiasari, 2016) menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen
H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen tunai
Profitabilitas perusahaan merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Dalam teori pensinyalan (signaling theory), pihak manajemen (agen) akan membayarkan dividen untuk memberian sinyal mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit (keuntungan) (Virnanda, 2008). Teori sinyal ini didukung oleh penelitian (Sikalidis & Leventis, 2017) yang memberikan kesimpulan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari keuntungan. Semakin besar keuntungan perusahaan, maka semakin besar dividen yang dibagikan. Hal ini berarti semakin besar profitabilitas, maka akan semakin menghemat biaya modal. Hasil empiris membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif pada kebijakan dividen (Ipaktri, 2012).
H3: Profitabilitas berpengaruh positif pada kebijakan dividen tunai
H4: Likuiditas, Leverage dan profitabilitas berpengaruh secara simultan pada Kebijakan dividen tunai Hubungan fenomena teoritis, riset empiris dan pengembangan hipotesis digambarkan dalam kerangka konseptual berikut ini:
Profitabilitas Likuiditas Leverage Kebijakan Dividen Tunai
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode observasi non -
participant dan penelitian kepustakaan Prosedur penentuan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang masuk indeks LQ 45.
1. Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk indeks LQ 45. Penentuan sampel menggunakan Purposive sampling. Data laporan keuangan didapat dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
No |
Distribusi sampel |
Jumlah |
1 |
Perusahaan yang masuk indeks LQ 45 |
50 |
2 |
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan periode 2017-2018 |
- |
3 |
Perusahaan yang memiliki laba negatif |
- |
4 |
Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai periode 2017-2018 |
(12) |
Jumlah perusahaan sampel |
38 |
1.
Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan pada indeks LQ 45 untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas diproksikan dengan Current Ratio (CR) yang diperoleh dengan cara membagi aset lancar dengan hutang lancar.
CR= Aset Lancar
2.
Leverage
Leverage adalah berapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset- aset perusahaan indeks LQ 45. Rasio leverage diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER).
DER= Total hutang
Total ekuitas
3.
Profitabiltas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan indeks LQ
45 dalam memperoleh keuntungan. Profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE). ROE dipilih
karena merupakan turunan dari Return on
Invesment
(ROI) sehingga dapat lebih menggambarkan profitabilitas ROE= Laba bersih
Jumlah aktiva bersih
4.
Kebijakan dividen
tunai
Kebijakan dividen tunai diproksikan dengan Dividen Payout Ratio (DPR) yang merupakan dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum.
DPR= Dividen per lembar saham Laba per lembar saham
1.
Uji Asumsi klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Uji
normalitas menggunakan grafik scatter plot
b. Uji
multikolinieritas menggunakan nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF)
c. Uji
autokorelasi menggunakan uji Durbin-watson
d.Uji heteroskedastisitas
menggunakan grafik plot
2.
Uji Regresi
Pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:
DPR= b0 + b1.CR - b2.DER+ b3.ROE
Keterangan:
DPR =
Variabel terikat yaitu Dividen Payout Ratio
b0-, b1, b2, b3 = Konstanta
CR =
Current
Ratio
DER =
Debt to Equity Ratio
ROE =
Return on Equity
Hipotesis secara parsial menggunakan uji t dengan ketentuan jika signifikansi lebih kecil dari 0,05 (5%) berarti secara parsial variabel bebas berpengaruh pada variabel terikat. Sedangkan jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) maka hipotesis ditolak.
Hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh secara simultan pada variabel terikat di uji menggunakan uji F dengan ketentuan jika signifikansi lebih kecil 0,05 (5%) berarti variabel-variabel bebas berpengaruh secara simultan pada variabel terikat. Sedangkan jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) maka hipotesis ditolak.
Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil Uji
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regressi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik.
Pengujian terhadap normalitas data dalam penelitian ini juga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, dimana hasilnya menunjukkan bahwa data variabel residual mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,213 dimana hasilnya menunjukan tingkat signifikansi diatas 0,05, hal ini berarti bahwa data yang ada terdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 1
Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
* Sumber:
output SPSS 18.00
2.
Hasil Uji
Multikolinieritas
Untuk
mendeteksi ada tidaknya gejala multikoliniearitas antar variabel independen
digunakan variance inflation factor (VIF) dan telorance. Berdasar hasil penelitian padaoutput SPSS, maka besarnya VIF
dan telorance dari masing-masing
variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji
Multikolinieritas
* Sumber: output SPSS 18.00
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearis
dapat dilihat dari nilai tolerance dan dari Variance
Inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan
setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Apabila nilai tolerance diatas 0,10 dan VIF dibawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi bebas dari multikolinearitas. Berdasarkan data pada tabel 2, Cash Ratio memiliki nilai tolerance sebesar 0,234, dan nilai VIF
sebesar 4,265, Current Ratio memiliki
tolerance sebesar 0,210 dan VIF
sebesar 4,761, sedangkan DTA Ratio memiliki
nilai tolerance sebesar 0,819, dan
nilai VIF sebesar 1,221, Earning Per
Share (EPS) memiliki nilai tolerance
sebesar 0,841, dan nilai VIF sebesar 1, 189. Keempat variabel independen
tersebut memiliki nilai tolerance
diatas 0,10 dan memiliki nilai VIF dibawah 10, artinya kedua variabel
independen tersebut tidak terdapat pengaruh multikolinieritas dan dapat
digunakan untuk memprediksi Dividen Per
Share (DPS) selama periode pengamatan (2008-2011).
3.
Hasil Uji
Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat
yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini Uji Heterokedastisitas yang digunakan
adalah dengan melihat pola titik-titik pada regresi dan dengan uji glejser.
Metode
ini yaitu dengan cara melihat
grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED)
dengan studentized residual (SRESID).
Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan
yaitu:
a.
Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi
heteroskedastisitas.
b.
Jika tidak
ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 1
Pola Titik-Titik Scaterplot
* Sumber: output SPSS 18.00
Dari
output di atas dapat diketahui bahwa
titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
4.
Uji Autokorelasi
Penyimpangan
autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Hasil regresi dengan level of significance 0.05 (α=
0.05) dengan sejumlah variabel independen (k=4) dan banyaknya data (n=40). Besarnya angka durbin-watson
ditunjukkan pada tabel 4.9 yang menunjukkan hasil dari residual statististic.
Tabel 3.
Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson
* Sumber: output SPSS 18.00
Dari hasil output pada tabel 4.9, didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,865. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 40, serta k=4 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar 1,284 dan dU sebesar 1,720 (lihat lampiran). Karena nilai DW (1,865) berada diluar daerah dL dan dU, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak terjadiautokorelasi (no autocorrelation) dan tidak terdapat kesalahan data pada periode lalu yang mempengaruhi kesalahan data pada periode sekarang.
5.
Analisis Regresi
a.
Analisis Regresi
Berganda
Berikut ini
merupakan data hasil analisis regresi berganda antara variabel Cash Ratio (X1), Current Ratio (X2), DTA Ratio (X3), Earning Per Share (EPS) (X4)
dengan variabel dependen Dividen Per
Share (DPS):
Tabel 4.
Hasil Analisis Regresi
Berganda
Berdasarkan
data pada Tabel 4.10, persamaan regresinya sebagai berikut:
Y
= a + b1X1+ b2X2 + b3X3
+ b4X4
Y
= 0,190 + 0,252 X1 + 0,095 X2 + 0,039 X3 +
0,020 X4
Keterangan:
Y
= Dividen Per Share (DPS)
a
=
konstanta
b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi
X1
= Cash Ratio
X2 = Current Ratio
X3
=
DTA Ratio
X4
=
Earning Per Share
Persamaan regresi di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta
sebesar -0,190; artinya jika Cash Ratio, Current Ratio, DTA
Ratio, dan Earning Per Share (EPS) nilainya adalah 0, maka Dividen Per Share (DPS)
(Y) nilainya adalah 0,190.
2. Koefisien
regresi variabel Cash Ratio (X1) sebesar 0,252;
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan 0,252 mengalami
kenaikan sebesar 1,00 maka Dividen Per Share (DPS)
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,252. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif antara Cash Ratio (X1) dengan Dividen
Per Share (DPS) (Y), semakin naik Cash Ratio (X1) maka semakin naik Dividen
Per Share (DPS)
perusahaan.
3. Koefisien
regresi variabel Current Ratio (X2) sebesar 0,095;
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan 0,095 mengalami
kenaikan sebesar 1,00 maka Dividen Per Share (DPS)
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,095. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif antara Current Ratio (X2) dengan Dividen
Per Share (DPS) (Y), semakin naik Current Ratio (X2) maka semakin naik
pula Dividen Per Share (DPS) perusahaan.
4. Koefisien
regresi variabel DTA Ratio (X3) sebesar 0,039;
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan 0,039 mengalami
kenaikan sebesar 1,00 maka Dividen Per Share (DPS)
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,039. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif antara DTA Ratio (X3) dengan Dividen
Per Share (DPS) (Y), semakin naik DTA Ratio (X3) maka semakin naik
pula Dividen Per Share (DPS) perusahaan.
5. Koefisien
regresi variabel Earning
Per Share (EPS) (X4) sebesar 0,020; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan 0,039 mengalami kenaikan sebesar 1,00 maka Dividen Per Share (DPS)
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,020. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif antara Earning Per Share (EPS) (X4) dengan Dividen Per Share (DPS)
(Y), semakin naik Earning
Per Share (EPS) (X4) maka semakin naik pula Dividen
Per Share (DPS) perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada Bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
hasil pengujian secara partial t Cash Ratio terhadap Dividen Per
Share (DPS) ini menggunakan tingkat signifikansi
a = 5% diperoleh t hitung sebesar
3,875. Kemudian tabel distribusi t dicari pada a = 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 40-4-1 = 35 (n adalah jumlah kasus dan k
adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,030. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,875 > 2,030) maka
Ho ditolak, artinya secara parsial terdapat pengaruh positif antara Cash
Ratio dengan
Dividen Per Share (DPS)
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,070, sehingga Hipotesis 1 diterima.
2.
Berdasarkan
hasil pengujian secara partial t Current
Ratio terhadap Dividen Per
Share (DPS)
ini menggunakan tingkat signifikansi a
= 5% diperoleh t hitung sebesar 2,837. Kemudian tabel distribusi t dicari pada a
= 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 40-4-1 =
35 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian diperoleh untuk t tabel sebesar 2,030 (Lihat pada lampiran). Oleh
karena nilai t hitung > t tabel (2,837 >
2,030) maka Ho ditolak, artinya secara parsial terdapat pengaruh positif
antara Current Ratio dengan
Dividen
Per Share (DPS)
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029, sehingga
Hipotesis 2 diterima.
3.
Berdasarkan
hasil pengujian secara partial t Earning
Per Share (EPS) terhadap
Dividen
Per Share (DPS)
ini menggunakan tingkat signifikansi a
= 5% diperoleh t hitung sebesar 2,390. Kemudian tabel distribusi t dicari pada a
= 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 40-4-1 =
35 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian diperoleh untuk t tabel sebesar 2,030 (Lihat pada lampiran). Oleh
karena nilai t hitung > t tabel (2,390 > 2,030) maka Ho ditolak, artinya
secara parsial terdapat pengaruh positif antara Earning Per Share (EPS)dengan Dividen Per Share (DPS) dengan tingkat
signfikansi sebesar 0,030, sehingga Hipotesis 3 diterima.
4.
Berdasarkan
hasil pengujian secara partial t Earning
Per Share (EPS) terhadap
Dividen
Per Share (DPS)
ini menggunakan tingkat signifikansi a
= 5% diperoleh t hitung sebesar 2,390. Kemudian tabel distribusi t dicari pada a
= 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 40-4-1 =
35 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian diperoleh untuk t tabel sebesar 2,030 (Lihat pada lampiran). Oleh
karena nilai t hitung > t tabel (2,390 > 2,030) maka Ho ditolak, artinya
secara parsial terdapat pengaruh positif antara Earning Per Share (EPS) dengan Dividen Per Share (DPS) dengan tingkat
signfikansi sebesar 0,030, sehingga Hipotesis 4 diterima.
5.
Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh F
hitung sebesar 4,507. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1
(jumlah variabel–1) = 1, dan df 1 (n-k-1) atau 40-4-1 = 35 (n adalah jumlah
kasus dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel
sebesar 2,641 (dihitung menggunakan Mc. Excel).
Karena F hitung > F tabel (4,507 > 2,641), maka Ho ditolak, artinya
terdapat pengaruh positif antara Cash Ratio, Current Ratio, DTA Ratio, dan Earning Per Share (EPS) secara bersama-sama terhadap Dividen Per Share (DPS) dan nilai Sig 0,031
> 0,05, sehingga Hipotesis 5 diterima.
Bibliografi
Gill, A., Biger, N., & Tibrewala, R. (2010).
Determinants of dividend payout ratios: evidence from United States. The
Open Business Journal, 3(1).
Ipaktri, M. (2012). Pengaruh Kepemilikan manajerial, Profitabilitas,
Likuiditas, Dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi). Lampung:
Universitas Lampung.
Keown, A. J., & Martin, J. D. (2010). Manajemen
Keuangan: prinsip dan penerapan.
Mac an Bhaird, C. (2010). The Modigliani–Miller
proposition after fifty years and its relation to entrepreneurial finance. Strategic
Change, 19(1‐2), 9–28.
MARCUS, A. J., BREALEY, R. A., & MYERS, S. C.
(2008). Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1.
Marlisa, V., & Rini, I. (2012). Pengaruh Free
Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Tahapan Siklus Hidup
Perusahaan Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Studi pada Perusahaan yang
Masuk di Jakarta Islamic Index). Fakultas Ekonomi UNIB.
Nufiati, N. M. B., & Suwitho, S. (2015). Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas pada Perusahaan
Pefindo 25. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen (JIRM), 4(8).
Nurhayati, M. (2013). Profitabilitas, likuiditas dan ukuran
perusahaan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan sektor
non jasa. Jurnal Keuangan & Bisnis Program Studi Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan, 5(2), 144–153.
Nurlindiasari, N. (2016). Pengaruh Free Cash Flow,
Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Earning Per Share Terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
STIE Indonesia Banjarmasin.
Puspita, F. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio: Studi Kasus Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007. Universitas
Diponegoro.
Sawarjuwono, T., & Kadir, A. P. (2003).
Intellectual capital: Perlakuan, pengukuran dan pelaporan (sebuah library
research). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 5(1), 35–57.
Sikalidis, A., & Leventis, S. (2017). The impact
of unrealized fair value adjustments on dividend policy. European Accounting
Review, 26(2), 283–310.
Soliha, E. (2002). Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan
Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal
Bisnis Dan Ekonomi, 9(2), 149–163.
Stice, E.K., Stice, J.D., dan Skousen, K. F. (2005). Intermediate
Accounting. 15th Edition. South- Western. Publishing Co. Cincinati. Ohio.
Suherli, M., & Harahap, S. S. (2007). Studi
Empiris Terhadap Faktor Penentu Kebijakan Jumlah Dividen. Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, 4(3), 223–245.
Susmitha, I. P. Y. (2016). Analisis Likuiditas,
Leverage dan Profitabilitas Sebagai Penentu Kebijakan Dividen Tunai. Jurnal
Ekonomi Dan Pariwisata, 10(1), 15–24.
Tang, X., & Yang, Z. (2017). Optimal investment
and financing with macroeconomic risk and loan guarantees. Journal of Credit
Risk, 13(4).
Virnanda, I. B. (2008). Faktor-Faktor Yang Merupakan
Pertimbangan Dalam Keputusan Pembagian Dividen: Tinjauan Terhadap Teori
Pensinyalan Dividen Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Prodi Manajemen
Unika Soegijpranata.