87
INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 1 No. 2 Juli 2019
HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
Dedy Setiawan
Sekolah Menengah Kejuruan Syntax Business School (SMK SBS) Kuningan Jawa
Barat, Indonesia
Email: dedy11setiawan@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima: 9 Februari
2019
Diterima dalam bentuk
revisi: 25 April 2019
Diajukan: 24 Juni 2019
Produktivitas kerja karyawan ditentukan oleh berbagai
faktor, misalnya tingkat pendidikan, tingkat kepangkatan,
tingkat kedisiplinan, banyak sedikitnya insentif atau bonus,
jelas atau tidaknya jenjang karir, serta pendidikan,
pelatihan dan pengembangan karyawan, serta kuatnya
motivasi. Semakin kompleksnya permasalahan dan
semakin berkembangya tuntutan masyarakat terhadap
pemerintah dalam melaksanakan berbagai program
pembangunan, maka pengembangan sumber daya manusia
yang berkualitas menjadi fokus perhatian utama dalam
meningkatkan produktivitas di berbagai sektor
pembangunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey penjelasan (explanatory survey
method) dimana data yang diperoleh kemudian diolah,
ditafsirkan dan disimpulkan. Metode tersebut menjelaskan
kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian
tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya”. Pendekatan
yang digunakan adalah korelasional. Hasil Budaya
organisasi yang dilaksanakan oleh PT. SBS Indonesia
sudah dalam keadaan baik, Motivasi yang dilaksanakan
karyawan sudah berada pada level baik. Hal ini didukung
oleh hasil penguji uji-t, diperoleh t
hitung
> t
tabel
atau 5,953 >
2,042. Produktivitas kerja yang telah dilaksanakan PT. SBS
Indonesia termasuk kategori baik.
Abstract:
Employee productivity is determined by various factors,
such as education level, rank level, discipline level, many
incentives or bonuses, clear or not career path, as well as
education, training and development of employees, as well
as strong motivation. The more complex the problems and
the growing demands of society on the government in
implementing various development programs, the
development of quality human resources becomes the main
focus of attention in increasing productivity in various
development sectors. The method used in this study is an
Kata kunci:
budaya; organisasi;
produktivitas kerja.
Dedy Setiawan
88 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
Keywords:
culture; organization;
work productivity.
explanatory survey method in which the data obtained are
then processed, interpreted and concluded. "The method
describes the events that were taking place at the time of
the study regardless of before and after". The approach
used is correlational. Results of organizational culture
implemented by PT. SBS Indonesia is in good condition, the
motivation carried out by employees is at a good level. This
is supported by the results of thetestt-, obtained t
count
> t
table
or 5,953 > 2,042. Work productivity that has been
implemented by PT. SBS Indonesia is in the good category.
Coresponden author: Dedy Setiawan
Email: dedy11setiawan@gmail.com
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang tidak menentu
(turbulensi) saat ini, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia merupakan
suatu hal yang mutlak yang harus segera dilakukan. Hal ini tentunya tidak sekedar
untuk mendukung penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi organisasi, tetapi lebih dari
itu untuk menciptakan peran penting dalam membentuk peran penting dalam
membentuk strategi bisnis organisasi.
Kemampuan organisasi dalam penyelenggaraan manajemen sumber daya manusia
sangat tergantung pada kapasitas manajemen dalam menghasilkan, mengubah dan
menggunakan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan
organisasi, melalui sumber daya manusia yang dimiliki. Kesuksesan organisasi dalam
mencapai tujuannya, akan sangat bergantung pada kemampuan organisasi untuk
menggunakan dan memanfaatkan kompetensi sumber daya manusia.
Sebagai upaya mengantisipasi perubahan dunia yang begitu cepat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka setiap organisasi dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri (adaptif) terhadap perubahan-perubahan tersebut. Organisasi yang
adaptif adalah organisasi yang mampu bersaing dan memiliki sumber daya manusia
yang handal serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang mandiri, sehingga dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan. Walaupun
didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang memadai, tetapi tanpa
dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan apapun yang dilakukan tidak akan
terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang
harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya.
Secara umum salah satu hambatan penyelenggaraan manajemen Sumber Daya
Manusia adalah bentuk struktur organisasi konvensional yang mengarah kepada
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 89
hierarchical organization, yang cenderung memperlakukan sumber daya manusia
sebagai faktor produksi yang sama dengan faktor sumber daya lainnya.
Apabila secara hipotesis dapat dikatakan bahwa masalah yang dihadapi organisasi
secara umum adalah masalah kualitas Sumber Daya Manusia, maka persoalan yang
harus segera dicermati dan ditelusuri adalah kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
organisasi.
Kompetensi dapat digunakan sebagai kriteria utama untuk menentukan kerja
seseorang. Misalnya, untuk fungsi profesional, manajerial atau senior manajer.
Karyawan yang ditempatkan pada tugas-tugas tersebut akan mengetahui kompetensi-
kompetensi apa saja yang diperlukan, serta cara apa yang harus ditempuh untuk
mencapai promosi ke jenjang posisi berikutnya. Perusahaan sendiri hanya akan
mempromosikan karyawan yang memenuhi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan
dan dipersyaratkan oleh pimpinan termasuk PT. SBS Indonesia tidak terlepas dari
kondisi-kondisi di atas karena itu perlu meningkatkan produktifitas kerja Karyawan.
Produktivitas bukan hanya merupakan monopoli dunia bisnis atau dunia usaha.
Organisasi Publik yang bertugas memberikan pelayanan umum, kepada masyarakat pun
dapat diukur produktivitasnya, karena produktivitas berkaitan dengan efisiensi
penggunaan input dalam memproduksi output, baik berupa barang atau jasa.
Sebagaimana dikatakan oleh Wibowo bahwa: Secara konseptual Produktivitas adalah
berhubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan.
Produktivitas dapat dikuantivikasi dengan membagi keluaran dengan masukan
(Wibowo, 2013). Menurut Fremont E. Kast dan James E. Rosenzwig, produktivitas
adalah: “Suatu ukuran efisiensi dari proses transformasi organsasi yang mengubah
masukan (input) menjadi keluar (output). Peningkatan produktivitas dihasilkan oleh tiga
sumber primer : Teknologi, keahlian manajerial, dan usaha manusia.: (Johnson, Kast, &
Rosenzweig, 1964).
Untuk meningkatkan produktivitas kerja sangat bergantung pada faktor
manusianya. Bahkan sesungguhnya tidak ada produktivitas organisasi tanpa
produktivitas manusia, kecuali dalam kegiatan yang sudah sepenuhnya mempergunakan
mesin-mesin dan melibatkan manusia secara amat terbatas. Selanjutnya Fremont E Kast
dan James E Rosenzwig menyatakan bahwa:“Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
perhatikan yang lebih besar pada sistem psikososial dan lebih berorientasi kepada
orang, dapat sangat meningkatkan produktivitas.” (Johnson et al., 1964). Senada dengan
hal ini, Ermaya Suradinata menyatakan bahwa:
“Ini berarti kemampuan menghasilkan sesuatu sangat tergantung pada faktor
manusianya, karena manusianya yang mengatur penggunaan sumber kerja seperti
pikiran, waktu, tenaga, jasmani, ruangan, material yaitu bahan baku serta lingkungan.
Selain itu manusia yang dapat memilih bahan baku, mesin serta alat dalam bekerja yang
dapat menunjang kelancaran tugas”. (Sumakul, Suradinata, & Supriyadi, 2020)
Upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan tidak dapat dipisahkan
dari kepemimpinan. Pengaruh pimpinan sangat besar dalam meningkatkan produktivitas
Dedy Setiawan
90 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
kerja karyawan. Agar pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya, pemimpin tersebut
harus dapat memenuhi apa yang menjadi harapan pengikutnya.
Garry Yukl menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus dapat melibatkan 3
perhatian atau tujuan di dalam mengelola institusi, tujuan berikut: 1) berorientasi pada
tugas yaitu prilaku pemimpin memperhatikan menyelesaikan tugas menggunakan
personil dan sumberdaya secara efisien 2) berorientasi pada hubungan jenis prilaku ini
memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang meningkatkan koperasi dan
kerja tim, meningkatkan kepuasan kerja bawahan dan membangun identifikasi
organisasi 3) berorientasi pada perubahan jenis ini memperhatikan perbaikan keputusan
strategis beradaptasi terhadpa perubahan lingkungan meningkatan fleksibilitas dan
inovasi (Yukl, 1981).
Peningkatan produktivitas kerja, akan banyak tergantung kepada sumber daya
manusianya. Untuk itu mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki, salah satu
faktornya adalah kepemimpinan. Faktor kepemimpinan sangat penting karena akan
merangsang masa depan serta penggerakan manusia untuk mencapai tujuannya.
Menurut Ermaya Suradinata ada lima sifat yang merupakan dasar seorang
pemimpin di negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia (Utomo, Suradinata,
Lukman, & Sartika, 2020), yaitu:
1. Mempunyai kedisiplinan yang tinggi, dan memberikan keteladanan yang baik
terhadap yang dipimpinnya (Sumakul et al., 2020).
2. Seorang pemimpin harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tujuan,
sehingga konsisten untuk mengarahkan yang dipimpinnya, dan mempunyai
wawasan kebangsaan.
3. Mempunyai ide, sumber inspirasi, menguasai potensi yang ada dalam lingkungan
kerjanya, dan disertai keimanan, ketaqwaan, berakhlak dan memahami budaya
bangsanya, serta lingkungan.
4. Mempunyai pengetahuan yang luas, dan menguasai bidang tugas yang
dipimpinnya, bertindak efektif dan efisien.
5. Mempunyai kesehatan jasmani dan rohani, serta mempunyai sikap: cepat tanggap,
cepat temu, cepat tindak, cepat tepat dan cepat tuntas.
Setiap pemimpin, dalam menjalankan tugas kepemimpinannya: baik dalam
merencanakan, merumuskan perintah-perintah atau ajakan-ajakan yang diperintahnya,
akan menggunakan gaya tertentu. (Husnan & Pamudji, 2013) membedakan ke dalam
tiga budaya Organisasi yaitu:
Budaya organisasi mempunyai 3 fungsi: pertama, organisasi sebagai alat ditangan
manusia dan masyarakat dan usahanya mengurangi kesenjangan dan penawaran melalui
proses pembentukan, peningkatan, dan penambahan nilai setinggi mungkin pada setiap
sumber daya yang ada kedua, menunjukan organisasi sebagai alat untuk menegakan
aturan maen yang dibuat dilingkungan organisasi untuk mengurangi kesenjangan
tersebut dan mendorong keadilan social melalui interfensi sah lembaga public sebagai
kekuatan untuk mengontrol organisasi. Ketiga, organisasi sebagai kekuatan untuk
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 91
memeriksa agar bekerja tidak untuk dirinya sendiri tetapi untuk kepentingan dan
kebutuhan konsumen (Ndraha, 2018).
Produktivitas kerja karyawan ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya tingkat
pendidikan, tingkat kepangkatan, tingkat kedisiplinan, banyak sedikitnya insentif atau
bonus, jelas atau tidaknya jenjang karir, serta pendidikan, pelatihan dan pengembangan
karyawan, serta kuatnya motivasi.
Semakin kompleksnya permasalahan dan semakin berkembangya tuntutan
masyarakat terhadap pemerintah dalam melaksanakan berbagai program pembangunan,
maka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi fokus perhatian
utama dalam meningkatkan produktivitas di berbagai sektor pembangunan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis mengambil judul
penelitian adalah Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas
Kerja.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey penjelasan
(explanatory survey method) dimana data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan
dan disimpulkan. “Metode tersebut menjelaskan kejadian yang sedang berlangsung pada
saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya” (Damanik et al., 2016).
Pendekatan yang digunakan adalah korelasional (Sudjana, 2003). Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel bebas yaitu Budaya Organisasi dan motivasi serta satu variabel
terikat yaitu Produktivitas kerja.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Instrumen
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Kriteria :
Jika r
hitung
> r
tabel
, maka instrumen penelitian adalah valid
Jika r
hitung
≤ r
tabel
, maka instrumen penelitian adalah tidak valid.
Dimana untuk df = n 2 = 32 2 = 30 dan α = 5% diperoleh r
tabel
=
0,349
b. Validitas Variabel Budaya Organisasi (X
1
)
Dengan melihat nilai korelasi (Pearson Correlation) pada kolom r
hitung
(kolom kedua) diperoleh untuk setiap pernyataan nilai r
hitung
> r
tabel
sehingga semua pernyataan untuk budaya organisasi (X
1
) adalah Valid.
c. Validitas Variabel Motivasi (X
2
)
Hasil perhitungan validitas instrumen menggunakan SPSS 15.0 for
Windows diperoleh :
Tabel 1
Dedy Setiawan
92 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
Uji Validitas Variabel Motivasi
No. Butir
r
tabel
Status
1
0,349
Valid
2
0,349
Valid
3
0,666
0,349
Valid
4
0,349
Valid
5
0,349
Valid
6
0,349
Valid
7
0,349
Valid
8
0,349
Valid
9
0,349
Valid
10
0,349
Valid
Dengan melihat niali korelasi (Pearson Correlation) pada kolom r
hitung
(kolom kedua) diperoleh untuk setiap pernyataan nilai r
hitung
> r
tabel
sehingga semua pernyataan untuk Motivasi (X
2
) adalah Valid.
d. Validitas Variabel Produktivitas Kerja (Y)
Hasil perhitungan validitas instrumen menggunakan SPSS 17.0 for
Windows diperoleh:
Tabel 2
Uji Validitas Variabel Produktivitas Kerja
No. Butir
r
hitung
r
tabel
Status
1
0,806
0,349
Valid
2
0,589
0,349
Valid
3
0,793
0,349
Valid
4
0,914
0,349
Valid
5
0,860
0,349
Valid
6
0,750
0,349
Valid
7
0,706
0,349
Valid
8
0,855
0,349
Valid
9
0,855
0,349
Valid
10
0,855
0,349
Valid
Dengan melihat niali korelasi (Pearson Correlation) pada kolom r
hitung
(kolomkedua) diperoleh untuk setiap pernyataan nilai r
hitung
> r
tabel
sehingga semua pernyataan untuk Produktivitas kerja (Y) adalah Valid.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variable
(Matondang, 2009). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 93
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan
data yang sama. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha
Cronbach’s >0,60.
a. Reliabilitas Budaya Organisasi (X
1
)
Tabel 3
Uji Reliabilitas Budaya Organisasi
Cronbach’s Alpha Based on standarized Item
N of item
0,935
10
Dengan melihat hasil perhitungan diatas diperoleh r
11
> 0,6 atau 0,935 > 0,6
sehingga budaya organisasi (X
1
) adalah reliabel.
b. Reliabilitas Motivasi (X
2
)
Tabel 4
Uji Reliabilitas Motivasi
Cronbach’s Alpha Based on standarized Item
N of item
0,896
10
Dengan melihat hasil perhitungan diatas diperoleh r
11
> 0,60 atau 0,896 >
0,60 sehingga Motivasi (X
2
) adalah reliabel.
c. Reliabilitas Produktivitas Kerja (Y)
Hasil perhitungan validitas instrumen menggunakan program SPSS 17.0
for Windows diperoleh:
Tabel 5
Uji Reliabilitas Produktivitas Kerja
Cronbach’s Alpha Based on standarized Item
N of item
0,947
10
Dengan melihat hasil perhitungan diatas diperoleh r
11
> 0,60 atau 0,947 >
0,60 sehingga Kinerja karyawan (Y) adalah reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh nilai pengukuran yang tidak bias dan efisien dari
suatu persamaan regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil, harus
memenuhi asumasi-asumsi melalui berbagai uji yaitu sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Tujuannya untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model Regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal.
b. Heteroskedastisitas
Tujuannya menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi
ketidaksamaan residual dari satu pengamatan kepengamatan yang lain.
Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan kepengamatan
lain tetap maka hal itu disebut homoskedastisitas. Dan jika varians
Dedy Setiawan
94 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedstisitas.
c. Multikolinearitas
Tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variable independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
terdapat problem multikolinearitas (multiko). Model regresi yang baik
tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Coefficients
1
Tabel 6
Multikolinieritas
Coefficients
1
Model
Collinearity Statistics
Tollerance
VIF
1
Budaya Organisasi
,802
1,274
Motivasi
,802
1,274
1. Dependent Variabel: Produktivitas Kerja
Tabel 7
Coefficients
Correlations
1
Model
Motivasi
Budaya
organisasi
1
Correlations
Motivasi
1,000
-,445
Budaya
Organisasi
-,445
1,000
Covariances
Motivasi
,044
-,013
Budaya
Organisasi
-,013
,019
1. Dependent Variabel: Produktivitas Kerja
Coefficient variable dependen Produktivitas Kerja terlihat untuk
kedua variable independen, angka VIF dibawah angka 10 dan angka
Tolerance berkisar diangka1, hal ini diperkuat dengan nilai Coefficient
Correlations sebesar 0,445 kurang dari 0,7. Dengan demikian, dapat
disimpulkan model regresi tersebut tidak terdapat problem
multikolinearitas (multiko).
d. Analisis Autokorelasi
Tujuannya menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi.
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 95
Tabel 8
Model Summary
2
Model
Durbin Watson
1
1,968
1
1. Predictors: (Constant), Motivasi, Budaya Organisasi
2. Dependent Variabel: Produktivitas Kerja
Pada bagian model Summary, terlihat angka DW=1.968. DW kritis
pada table dapat diketahui bahwa batas atas (d
U
) = 1,57 dan batas bawah (d
L
) atau = 1,31. Berdasarkan syarat d
U
<DW< (4 d
U
) atau 1,31 <1,968 <
2,43 maka nilai DW jatuh pada non autokorelasi. Dengan demikian, model
regresi tidak terjadi masalah autokorelasi. Untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan sebagai berikut :
d
L
d
U
4- d
U
4 - d
L
Auto korelassi negative tanpa kesimpulan non autokorelasi tanpa
korelasi autokorelasi positif
2,69 1,31 1,57 1,968 2,43
Gambar 1 Autokorelasi
B. Pembahasan
1. Hubungan Variabel Budaya Organisasi (X1) dengan Produktivitas Kerja
(Y)
Untuk melihat hubungan variable budaya organisasi dengan variable
Produktivitas Kerja, dapat diihat dari hasil perhitungan SPSS 15.0 for Windows
dalam model Summary dibawah ini.
Tabel 9
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the Estimate
1
,644
1
,415
,396
5,530
1. Predictors: (Constant), Budaya organisasi
1. Angka R sebesar 0,644 menunjukkan bahwa korelasi (hubungan) antara
variable budaya organisasi dengan variable Produktivitas Kerja adalah
kuat.
2. Besarnya angka R Square (R
2
) adalah 0,415. Angka tersebut menunjukkan
besarnya hubungan variable budaya organisasi dengan variable
Produktivitas Kerja sebesar 41,5%. Adapun sisanya sebesar 58,5%
dipengaruhi oleh factor lain.
Dedy Setiawan
96 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
2. Uji Hipotesis Statistik karyawan I (Uji t)
Untuk melihat apakah ada hubungan positif antara variable gaya budaya
organisasi dan variabael Produktivitas Kerja, dapat dilakukan dengan langkah-
langkah analisis sebagai berikut.
a. Perumusan hipotesis
Ho: r = 0 Tidak ada hubungan positif variable budaya organisasi dengan
Produktivitas Kerja
Ha: r ≠0 Ada hubungan positif variable budaya organisasi dengan
Produktivitas Kerja
b. Menghitung besarnya angka t hitung
Tabel 10
Coefficients
1
Model
Unstandarized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t
Sig
B
Std.
Error
Beta
1
(Constant)
9,671
6,008
1,610
,118
Budaya
organisasi
,742
,161
,644
4,616
,000
1. Dipendent Variabael: Produktivitas Kerja
Hasil perhitungan SPSS 15.0 for Windows diperoleh angka t
hitung
sebesar
4,616.
c. Menghitung besarnya angka t
table
Ketentuan: Taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (df) = n 2 atau
322 = 30. Dari ketentuan diperoleh angka t
table
sebesar 2,042.
d. Kriteria Pengujian
Jika t
hitung
> t
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika t
hitung
< t
tabe
l, maka Ho diterima dan Ha ditolak
e. Keputusan
Didasarkanan pada hasil perhitungan, diperoleh angka t
hitung
> t
tabel
yaitu
4,616 > 2,042. Oleh karena itu, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
hubungan positif variable budaya organisasi dengan variable Produktivitas
Kerja. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan perhitungan SPSS
15.0 for Windows diperoleh nilai t hitung sebesara 4,616, sedangkan t
table dengan derajat kebebasan (df) = 30 pada taraf signifikansi 0,05
sebesar 0,05 sebesar 2,042. Dengan demikian t hitung > t tabel. Untuk
lebih jelasnya daerah penolakan hipotesis dapat digambarkan sebagai
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 97
berikut.
Daerah
Penerimaan Ho
- 2,042 2,042
Daerah penolakan
Daerah penolakan
4,616
Gambar 1
Daerah penolakan Hipotesis Pertama
Artinya variable budaya organisasi mempunyai hubungan yang positif
tdengan variable Produktivitas Kerja pada PT. SBS Indonesia. Besarnya
hubungan variable budaya organisasi dengan variable Produktivitas Kerja adalah
41,5%.
Walaupun dari hasil pengujian hipotesis telah terbukti adanya pengaruh
variable budaya organisasi dengan variable Produktivitas Kerja yang signifikan,
namun hubungannya belum optimal, perlu ditempuh langkah-langkah
konstruktif dalam rangka menumbuhkan variable Produktivitas Kerja melalui
pendekatan variable budaya organisasi karena semakin baik variable budaya
organisasi, maka semakin tinggi pula variabel Produktivitas Kerja yang dicapai
PT. SBS Indonesia.
3. Hubungan Variable Motivasi (X2) dengan Variable Produktivitas Kerja
(Y)
Untuk melihat hubungan variabel Motivasi dengan variabel Produktivitas
Kerja, dapat dilihat dari hasil perhitungan SPSS 15.0 for Windows dalam model
summary dibawah ini.
Tabel 11
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1
,736
1
,542
,526
4,897
1. Predictors: (Constant), Motivasi
1. Angka R sebesar 0,736menunjukkan bahwa korelasi (hubungan antara
variabel Motivasi dengan variabel Produktivitas Kerja adalah kuat.
2. Besarnya R Square (R
2
) adalah 0,542. Angka tersebut menunjukkan
besarnya variael Motivasi terhadap variabel Produktivitas Kerja sebesar
54,2%. Adapun sisanya 45,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dedy Setiawan
98 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
4. Uji Hipotesis Statistik II (Uji t)
Untuk melihat apakah ada hubungan positif antara variabel Motivasi dan
variabel Produktivitas Kerja, dapat dilakukan dengan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
a. Perumusan hipotesis
Ho : r = 0 Tidak ada hubungan positif variable Motivasi dengan
produktivitas kerja
Ha : r ≠0 Ada hubungan positif variable Motivasi dengan Produktivitas
Kerja
b. Menghitung besarnya angka t
hitung
Tabel 12
Coefficients
1
Model
Unstandarized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t
Sig
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-12,221
8,319
-1,469
,152
Motivasi
1,297
,218
,736
5,953
,000
1. Dipendent Variabel: Produktivitas Kerja Hasil karyawan
c. Menghitung besarnya angka t
tabel
Ketentuan: Taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (df) = n 2 atau
32 2 = 30. Dari ketentuan diperoleh angka t
table
sebesar 2,042.
d. Kriteria Pengujian
Jika t
hitung
> t
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika t
hitung
< t
tabe
l, maka Ho diterima dan Ha ditolak
e. Keputusan
Didasarkan hasil perhitungan, diperoleh angka t
hitung
> t
tabel
yaitu
5,593> 2,042. Oleh karena itu, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
hubungan positif variabel Motivasi dengan variabel Produktivitas Kerja
Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan perhitungan SPSS
15.0 for Windows diperoleh nilai t
hitung
sebesar 5,953, sedangkan t
tabel
dengan derajat kebebasan (df) = 30 pada taraf signifikansi 0,05 sebesar
2,042. Dengan demikian, t
hitung
> t
tabel
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 99
Daerah Penerimaan
Ho
Daerah penolakan
Daerah penolakan
- 2,042 2,042 5,953
Gambar 2
Daerah penolakan Hipotesis Kedua
Artinya variabel Motivasi mempunyai hubungan yang positif dengan
variabel Produktivitas Kerja pada PT. SBS Indonesia. Besarnya hubungan
variabel Motivasi dengan variabel Produktivitas Kerja adalah 54,2%.
Seperti diketahui aspek lain yang dominan dalam upaya untuk
peningkatan variabel Produktivitas Kerja selain variabel budaya organisasi
adalah variabel Motivasi yang berpera penting dalam peningkatan variabel
Produktivitas Kerja
Walaupun dari hasil pengujian hipotesis telah terbukti adanya hubungnan
variabel Motivasi dengan variabel Produktivitas Kerja yang signifikan, namun
hubungannya belum optimal, perlu ditempuh langkah-langkah konstruktif
dalam rangka menumbuhkan variabel Produktivitas Kerja melalui pendekatan
variabel Motivasi karena semakin baik variabel Motivasi, maka semakin tinggi
variabel Produktivitas Kerja yang dicapai.
5. Hubungan Budaya organisasi (X1) Dan Motivasi (X2) Secara Bersama-
sama Terhadap Produktivitas Kerja (Y)
Untuk melihat pengaruh variabel budaya organisasi dan variabel Motivasi
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel Produktivitas Kerja, dapat
dilihat dari hasil perhitungan SPSS 17.0 for Windows dalam model summary
dibawah ini :
Tabel 13
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1
,817
1
,667
,644
4245
1. Predictors: (Constant), Motivasi, Budaya organisasi
1. Angka R sebesar 0,817 menunjukkan bahwa korelasi (hubungan) antara
Produktivitas Kerja dengan 2 variaebl independennya adalah sangat tinggi.
Dedy Setiawan
100 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
2. Besarnya angka Adjusted R Square (R
2
) atau koefisien determinasi (KD) adalah
0,644. angka tersebut menunjukkan besarnya hubungan Budaya organisasi dan
Motivasi secara bersama-sama dengna Produktivitas Kerja adalah 64,4%.
Adapun sisanya sebesar 35,6% dipengaruhi oleh faktor lain.
6. Uji Hipotesis Statistik III (Uji F)
Untuk menguji signifikan hubungan variabel budaya organisasi dan
Motivasi secara bersama-sama dengan variabel Produktivitas Kerja digunakan
uji F. Adapun langkah-langkah analisis yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut.
a. Hipotesis
Ho: r = 0 Tidak ada hubungan positif variable budaya organisasi dan
Motivasi dengan variabel Produktivitas Kerja
Ha : r 0 Ada hubungan positif variable budaya organisasi dan Motivasi
dengan variabel Produktivitas Kerja
b. Menghitung besarnya angka F
hitung
Tabel 14
ANOVA
2
Mode1
Sum of
Square
df
Mean
Square
F
Sig
Regression
1046,328
2
523,164
29,029
,000
1
1
Residual
522,640
29
18,022
4,616
Total
1568,969
31
1. Predictors : (Constant), Motivasi, Budaya organisasi
2. Dipendent Variabel : Produktivitas Kerja
c. Menghitung besarnya angka F
table
Ketentuan: Taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk
1
) numerator =
jumlah variabel 1 atau 3 1 = 2 dan derajat kebeasan (dk
2
) numerator =
jumlah kasus jumlah variabel =32-3 = 29. Dengan ketentuan tersebut,
diperoleh angka F
table
3,328
d. Kriteria
Jika F
hitung
> F
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika F
hitung
< F
tabe
l, maka Ho diterima dan Ha ditolak
e. Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapatkan F
hitung
> F
tabel
sebesar 29,029 sebesar
3,328. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada
hubungan positif antara variabel budaya organisasi dan variabel Motivasi
dengan variabel Produktivitas Kerja.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dengan bantuan perhitungan
program SPSS 17.0 for Windows diperoleh hubungan besarnya variabel
budaya organisasi dan variabel Motivasi secara bersam-sama adalah 64,4%
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 101
yang termasuk kategori rendah. Hal ini diperkuat dengan nilai F hitung
sebesar 29,029, sedangkan besarnya F tabel dengan dk
1
= 2 dan dk
2
= 29
pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 3,328. Dengan demikian, nilai F
hitung
>
F
tabe
l, sehingga Ho ditolak. Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai
berikut.
Daerah Penerimaan Ho
Daerah penolkan Ho
3,328 29,029
Gambar 3
Daerah Penolakan Hipotesis ketiga
Artinya variabel budaya organisasi dan variabel Motivasi
berhubungan positif dan signifikan pada PT. SBS Indonesia. Dengan kata
lain, semakin tinggi variabel budaya organisasi dan variabel Motivasi, maka
semakin tinggi pula variabel Produktivitas Kerja pada PT. SBS Indonesia.
Walaupun dari hasil pengujian hipotesis telah terbukti adanya
hubungan variabel budaya organisasi dan variabel Motivasi secara bersama-
sama dengan variabel Produktivitas Kerja pada PT. SBS Indonesia yang
signifikan, namun hubungannya belum memperlihatkan angka yang
optimal. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan variabel budaya organisasi
dan variabel Motivasi dalam peningkatan variabel Produktivitas Kerja pada
PT. SBS Indonesia masih belum maksimum. Oleh karena itu, perlu
ditempuh langkah-langkah strategis dalam rangka meningkatkan variabel
budaya organisasi dan variabel Motivasi melalui penanganan secara
komprehensif dengan bebrbagai faktor yang mempengaruhi variabel
kinerja karyawan untuk memberikan yang terbaik bagi karyawan, kiranya
faktor-faktor yang dapat meningkatkan variabel budaya organisasi dan
variabel Motivasi perlu mendapatkan perhatian yang baik, karena hal itu
berdampak pada penigkatan variabel Produktivitas Kerja.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
Dedy Setiawan
102 INKUBIS: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 2 Juli 2019
1. Budaya organisasi yang dilaksanakan oleh PT. SBS Indonesia sudah dalam keadaan
baik. Hal ini didukung oleh hasil uji t, yaitu t
hitung
> t
tabel
atau 4,616 > 2,042.
Adapun besarnya hubungan variabel budaya organisasi dengan variabel
produktivitas kerja sebesar 41,5%. Adapun sisanya sebesar 58,5% dipengaruhi oleh
faktor lain.
2. Motivasi yang dilaksanakan karyawan sudah berada pada level baik. Hal ini
didukung oleh hasil penguji uji-t, diperoleh t
hitung
> t
tabel
atau 5,953 > 2,042.
Adapun besarnya hubungan variabel motivasi dengan variabel produktivitas kerja
adalah 54,2%. Adapun sisanya sebesar 45,8% dipengaruhi oleh faktor lain
3. Produktivitas kerja yang telah dilaksanakan PT. SBS Indonesia termasuk kategori
baik.
Hal ini didukung dengan hasil uji-F, diperoleh F
hitung
> F
abel
atau 29,029 > 3,328.
Adapun besarnya hubungan variabel budaya organisasi dan variabel motivasi secara
gabungan dengan variabel produktivitas kerja pada PT. SBS Indonesia 64,4%. Adapun
sisanya sebesar 35,6% dipengaruhi oleh faktor lain.
Hubungan Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja
INKUBIS: Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juli 2019 103
Bibliography
Damanik, Y. K., Sudjana, N., & Wi Endang NP, M. G. (2016). Analisis Pengukuran
Kinerja Perusahaan Dengan Metode Balanced Scorecard Untuk Menilai Tingkat
Kesehatan BUMN (Studi pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Malang Periode 2013-2015). Jurnal Administrasi Bisnis, 35(2), 204212.
Husnan, A., & Pamudji, S. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR
Disclosure) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.
Johnson, R. A., Kast, F. E., & Rosenzweig, J. E. (1964). Systems theory and
management. Management Science, 10(2), 367384.
Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal
Tabularasa, 6(1), 8797.
Ndraha, T. (2018). Budaya organisasi.
Sudjana, N. (2003). Teknik analisis regresi dan korelasi. Tarsito: Bandung.
Sumakul, Z. A., Suradinata, E., & Supriyadi, B. (2020). Kinerja Dinas Pariwisata
Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi
Sulawesi Utara. VISIONER: Jurnal Pemerintahan Daerah Di Indonesia, 12(4),
807815.
Utomo, S. D., Suradinata, E., Lukman, S., & Sartika, I. (2020). Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Tingkat Stress Dan Komitmen Kerja Personil Mako
Koarmada I Tni Angkatan Laut. Papatung: Jurnal Ilmu Administrasi Publik,
Pemerintahan Dan Politik, 3(2), 115129.
Wibowo, N. (2013). Pengaruh kualitas leader member exchange (LMX) terhadap
produktivitas kerja melalui kepuasan kerja dan komitmen organisasional pada
PT. Nutrifood Surabaya. Agora, 1(1), 5867.
Yukl, G. (1981). Leadership in Organizations, 9/e. Pearson Education India.