INKUBIS:
Jurnal Ekonomi dan Bisnis |
Vol.
1 No. 1 Januari 2019 |
HUBUNGAN DISIPLIN DAN KREATIFITAS GURU DENGAN
PRODUKTIFITAS KERJA GURU DI MTs SALAFIYAH BODE PLUMBON CIREBON
Daimah
Universitas Paramadina Jakarta, Indonesia
Email: marwadaimah@gmail.com
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima : 17 September
2018 Diterima dalam
bentuk revisi : 12 Oktober 2018 Diajukan: 21 Desember 2018 |
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana hubungan disiplin dan kreativitas guru dengan
produktivtas guru. metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Hubungan antara disiplin guru dengan
produktivitas guru (rX1,X2)
adalah kuat dan positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1
diterima. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier; 2) Hubungan
antara kreatifitas guru dengan
produktivitas guru (rX2,Y)
adalah kuat dan positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1
diterima. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier. 3) Hubungan langsung
antara disiplin guru dengan
kreativitas secara bersama-sama (rX1,Y)
adalah sangat kuat dan positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1
diterima. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier. Abstract: This study aims to determine how the relationship between
discipline and teacher creativity with teacher productivity. The research
method used is the survey method. The results of this study show that: 1) The
relationship between the discipline of teachers with teacher productivity (rX1,X2)is
a powerful and positive, so the hypothesis Ho is rejected and H1
accepted. The relationship is a linear relationship; 2) The relationship
between teacher creativity and teacher productivity (rX2,Y) is strong and positive, thus the hypothesis Ho
is rejected and H1 is accepted. The relationship is a linear
relationship. 3) The direct relationship between teacher discipline and
creativity together (rX1, Y) is very strong and positive, thus the
hypothesis Ho is rejected and H1 is accepted. The relationship is
a linear relationship. Coresponden author:
Daimah Email: marwadaimah@gmail.com artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi |
Kata kunci: disiplin;
kreativitas; dan produktivitas guru. Keywords: discipline; creativity; and teacher productivity. |
Pendahuluan
Kepala Sekolah selaku top manager
sekolah dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar senantiasa check and recheck program yang
dijalankan oleh para guru (Afandi, 2020). Hal ini dapat
dilakukan dengan supervisi kelas, membina dan memberi saran-saran positif
kepada guru-gurunya,
agar para guru secara terus menerus dapat mengembangkan kemampuan dan
meningkatkan kedisiplinan
Menjelaskan ada beberapa peranan
utama Kepala Sekolah dalam mengembangkan budaya mutu mengelola intitusi
pendidikan yang efektif, diantaranya memiliki visi yang jelas mengenai mutu
terpadu bagi organisasinya; memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan
mutu; mengkomunikasikan pesan mutu; menjamin bahan kebutuhan pelanggan menjadi
pusat kebijakan dan pekerjaan organisasi; memimpin mengembangkan staf; bersikap
hati-hati untuk tidak menyerahkan kepada orang lain ketika masalah muncul tanpa
melihat bukti karena banyak problem muncul dari kebijakan lembaga dan bukan
dari kesalahan staf; mengarahkan inovasi dalam organisasi; menjamin bahwa
kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggung jawab dan memberikan
pendelegasian yang cocok dan maksimal; memiliki sikap teguh untuk mengeluarkan
penyimpangan dari budaya organisasi, membangun kelompok kerja aktif (Abdullah,
2014).
Selain masalah kreatifitas guru, aspek lain yang sangat
dibutuhkan dalam pengelolaan pendidikan guna mencapai tujuannya, khususnya
dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa adalah kedisiplinan kerja guru dalam
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya kepada para siswa. Disiplin diri menjadi
kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran orang-orang besar yang
pernah hidup dalam sejarah (Zakaria,
2014). Seorang pemimpin,
atau siapa saja bisa mencapai kesejatian di bidangnya masing-masing karena
pernah mempraktikkan disiplin diri.
Disiplin diri merupakan proses yang
sesungguhnya dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam pendidikan sekolah
keluarga (Roqib,
2009). Itu berarti
pendidikan non- formal dalam keluarga menjadi dasar seseorang untuk mampu
melatih disiplin diri. Namun, pelatihan disiplin diri
pada orang dewasa membutuhkan ekstra pengorbanan dan pengendalian diri yang
intensif. Orang dewasa sudah terbentuk oleh keadaan
lingkungannya.
Dalam masyarakat umum, metode yang
sering dilakukan untuk mendisiplinkan diri adalah pemberlakuan hukuman {punishment) (Riniwati,
2016). Namun hasilnya,
yang terjadi adalah disiplin sesaat, karena ada ancaman. Itulah yang terjadi sekarang ini. Itulah
sebabnya banyak tindakan KKN belum dapat diberantas secara signifikan. Praktik pendisiplinan diri dapat terjadi dari kepala sekolah kepada
para guru, pemerintah kepada masyarakat, atau dari diri sendiri kepada diri
sendiri. Sesungguhnya praktik tersebut entah yang
dimulai sejak masa-masa kanak-kanak entah sesudah dewasa bersifat
berkesinambungan (tidak sesaat), fleksibel (tidak otoriter), ada batas-batas
yang pasti mana yang boleh dan tidak boleh, ada kepastian hukum, dan adanya
komunikasi (yang sehat dan konstruktif, tanpa ada unsur saling merendahkan atau
melecehkan).
Pentingnya kedisiplinan juga dalam
penyampaian materi (content) pelajaran
kepada siswa. Karena jika materi disampaikan guru tida sistematis, akan mengurangi daya serap siswa dalam menerima pelajaran. Content coverage yang dalam bahasa
biasa dipakai guru identik dengan target kurikulum, yaitu banyaknya isi
pelajaran yang relevan yang diselesaikan oleh guru selama pelajaran
berlangsung. Jumlah bahan yang diajarkan guru yang juga
merupakan bahan yang termasuk dalam kurikulum.
Ada jurang yang lebar antara apa yang dicakup guru dengan apa yang dapat dikuasai dengan
benar oleh siswa. Jumlah bahan yang dikuasai oleh siswa pasti jauh lebih kecil
daripada apa yang dicakup oleh guru. Di sinilah persoalannya. Tumpang tindih atau content overlap antara apa yang diajarkan guru dan apa dipelajari siswa dengan apa
yang diteskan atau diujikan.
Kemampuan guru untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan tentu saja merupakan
kemampuan yang penting. Namun perlu diingat jika semuanya itu tidak meningkatkan disiplin waktu,
jangan harap akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Persoalan menjadi serius jika seorang guru hanya menekankan
pada senangnya dan kreatifnya tetapi tidak menghitung berapa besar penguapan
waktu yang terjadi hanya karena ingin menjadikan murid aktif, kreatif dan bahagia.
Sejalan dengan
perkembangan era reformasi dan globalisasi, peningkatan Sumber Daya Manusia
yang berkualitas amatlah dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan di segala
bidang, khususnya bidang pendidikan. Kepedulian masyarakat khususnya dalam dunia pendidikan
sangat berperan dalam menata kembali negara dan bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Peranan Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai pelaku utama dan juga merupakan input dari produktifitas dalam
organisasi sumber daya manusia di samping sebagai objek yang harus selalu
mendapatkan perhatian dan perlindungan dari suatu unit kerja, juga berperan
sebagai subjek yang dapat menentukan
maju mundurnya organisasi, untuk itu sumber daya manusia khususnya guru perlu
diarahkan, dibina, dibimbing dan dimotivasi agar dapat menjalankan tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) sesuai dengan tujuan organisasi. Masih banyak organisasi
yang masih kurang menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan sumber yang
hidup sebagai pelaku dalam organisasi, memiliki cara
berpikir, keinginan, tingkah laku, tanggung jawab dan tingkat keterampilan yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu untuk menuntun dan
merealisasikan terwujudnya sumber daya manusia dalam upaya memberikan pelayanan
prima (excellent service) kepada anak didik, pemerintah daerah yang merupakan
penyelenggara kegiatan pembangunan, dalam melaksanakan undang-undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Undang-undang
No. 22 Tahun 1999), perlu didukung pula partisipasi
masyarakat dalam peningkatan kinerja dan seluruh aparatur di aderahnya. Pasal 44 ayat 1 UU No. 20 Tahun
2003 (Undang-undang
No. 20 Tahun 2003), tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintahan daerah wajib membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada stuan pendidikan baik di pusat maupun di
daerah.
Pembinaan dan pengembangan pegawai
merupakan suatu usaha yang penting dalam suatu lembaga atau organisasi untuk
meningkatkan produktifitas kerja (Sinambela,
2021). Oleh karena itu pembinaan dan
pengembangan guru perlu dilakukan secara sungguh-sungguh, terarah, terencana
pembinaan guru dalam rangka menciptakan produktifitas kerja guru merupakan ikhtiar pelaksanaan dan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sebuah organisasi. Betapa
pentingnya pembinaan dan pengembangan pegawai dalam usaha untuk membantu
pegawai menghindari diri dari kekurangan dan agar dapat melaksanakan pekerjaan
yang lebih baik. Pada dasarnya kinerja pegawai
dipengaruhi berbagai faktor, faktor yang berhubungan dengan tenaga itu sendiri,
maupun yang berhubungan dengan organisasi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja yang antara lain, sikap mental berupa motivasi
kerja, disiplin kerja dan etika kerja,
tingkat pendidikan, keterampilan, manajemen, tingkat penghasilan, gizi
dan kesehatan, jaminan sosial lingkungan dan iklim kerja, sarana, teknologi,
kesempatan berprestasi, serta adanya pengawasan.
Sementara disisi
yang lain bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang sebagai
berikut: ”Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja antara lain,
besarnya pendapatan dan jaminan sosial (kompensasi), tingkat pendidikan dan
latihan, sikap, disiplin moral kerja dan etika kerja, motivasi, kesehatan
hubungan insani, manajemen, sarana produksi pengawasan kepuasan, teknologi,
kebijaksanaan pemerintah dan kepemimpinan”.
Salah satu usaha
yang perlu dilakukan dalam meningkatkan Produktifitas guru adalah peningkatan semangat kerja anggota
guru agar memiliki sikap dan perilaku
yang berintikan kepada pengabdian, kejujuran, tanggung jawab dan mampu
melayani, mengayomi, tanggap terhadap pandangan-pandangan dan aspirasi hidup
dalam masyarakat.
Untuk menjamin
tercapainya produktifitas guru , maka
diperlukan sikap disiplin dan kreatifitas
guru dalam upaya menningkatkan kecerdasan peserta didik Guru
dituntut untuk meningkatkan disiplin yang dapat memberikan potensi demi
kelancaran tugasnya. Usaha untuk meningkatkan kreatifitas dan disiplin guru, sorang Guru pada akhirnaya akan menemukan prodiktifitas
kerja secara efektif, efisien dan terjadwal. di
MTs Salafiyah Bode Plumbon Cirebon. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ” Hubungan Disiplin dan
Kreatifitas Guru dengan Produktifitas Kerja Guru di MTs
Salafiyah Bode Plumbon Cirebon ”.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode survey (Morrisan, 2012). Penelitian survey biasa digunakan untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau suatu peristiwa sosial.Pada umumnya survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi dan sebagai alat pengumpul data yang pokok adalah kuesioner. Untuk membuktikan keandalan sebuah teori secara empiris, maka dalam pengambilan datanya dilengkapi dengan studi data yang telah ada (data Sekunder), sehingga kajian dari analisis data akan lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.
Teknik pengumpulan
data
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuntitatif yakni metode yang data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisis datanya menggunakan statistik (.
Oleh karena itu, teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner (angket)
Untuk mengukur kesidisiplinan kreatifitas dan produktifitas Guru
Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan (instrument) kepada responden untuk dijawabnya. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, karena
tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang banyak.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari tiga instrumen, yakni instrumen Disiplin Guru,
Kreatifitas Guru dan produktifitas kerja Guru dengan jumlah responden 30 orang.
2.
Teknik Analisis Data
a.
Uji Prasyarat Analisis Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data
merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden
terkumpul.
Untuk menganalisis data, peneliti akan menggunakan
statistik inferensial parametrik. Untuk itu sebelum dianalisis, harus diadakan
uji normalitas guna mengetahui distribusi data, dan uji homogenitas untuk
melihat kesamaan beberapa sampel yang diambil dari populasi yang sama.
b. Analisis Korelasi Sederhana
Penelitian ini adalah penelitian social yang meneliti hubungan asimetris dengan menggunakan variabel antara (X2) sehingga dalam proses analisis menggunakan rumus Pearson Product Momen untuk mengetahui hubungan antara Disiplin Guru (X1) dengan Kreatifitas Guru (X2), hubungan antara Kreatifitas Guru (X2) dengan Produktifitas kerja Guru (Y) dan hubungan langsung antara Disiplin Kerja Guru (X1) dengan Produktifitas kerja Guru (Y).
c. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana dipergunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel terpengaruh jika nilai variabel berpengaruh dan variabel antara dimanipulasi
3.
Hipotesis Statistik
Hipotesis 1:
Ho artinya (rX1,X2 = 0): Tidak ada hubungan positif antara Disiplin Guru
dengan Kreatifitas Guru
H1 artinya (rX1,X2 > 0): Ada hubungan positif antara Disiplin Guru
dengan Kreatifitas Guru .
Hipotesis
2:
Ho artinya (rX2,Y = 0): Tidak ada hubungan antara Kreatifitas Guru
Produktifitas Guru
H1 artinya (rX2,Y > 0): Ada hubungan positif antara Kreatifitas Guru
dengan Prduktifitas kerjaGuru.
Hipotesis
3
Ho artinya (rX1,Y =0): Tidak ada hubungan positif secara langsung antara
Kreatifitas Guru dengan Produktifitas Kerja Guru
H1 artinya (rX1,Y > 0): Ada hubungan positif secara langsung Kreatifitas
Guru dengan Produktifitas kerja Guru..
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Hubungan antara
Disiplin Guru(X1) dengan Kretaivitas Guru (X2)
Hipotesis 1:
Ho artinya (rX1,X2 = 0) : Tidak
ada hubungan positif antara Disiplin Guru
dengan Kreativitas Guru .
H1 artinya (rX1,X2 > 0) : Ada
hubungan positif antara disiplin Guru
dengan Kreativitas guru .
Untuk
menguji hipotesis di atas, peneliti menggunakan analisa korelasi sederhana dari
SPSS-16 For Windows karena dalam hubungan ini variabel Kreativitas Guru (X2) berperan sebagai variabel
dependen. Hasil analisis (lampiran 18) menunjukkan bahwa:
a. Hasil uji
korelasi menunjukkan bahwa nilai rX1,X2 adalah 0,748.
b. Kontribusi variabel Disiplin Guru (X1) terhadap Kreativitas
Guru hasilnya r2X1X2
= 0,560.
c. Berdasarkan hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%, diperoleh nilai F hitung sebesar 48,323 dengan
tingkat signifikansi 0,000.
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana
diperoleh nilai konstanata (a) sebesar -5,899 dan nilai koefisien regresi (b)
sebesar 1,616, sehingga persamaan regresinya sebagai berikut.
X2 =
-5,899 + 1,616 X1
e. Untuk menguji validitas persamaan regresi, maka dilakukan uji t
dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho : Koefisien regresi (b) tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi (b) signifikan
Berdasarkan
hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%,
diperoleh nilai t hitung sebesar 6,951 dengan tingkat signifikansi 0,000.
2. Hubungan antara
Kreativitas Guru (X2) dengan
Produktivitas Kerja Guru (Y)
Hipotesis 2:
Ho artinya (rX2,Y = 0) : Tidak ada
hubungan positif antara Kreativitas Guru
dengan Produktivitas kerja Guru.
H1 artinya (rX2,Y > 0) : Ada
hubungan positif antara Kreativitas Guru
dengan Produktivitas Kerja Guru.
Untuk
menguji hipotesis 2 juga peneliti menggunakan analisa korelasi dan regresi
sederhana dari SPSS-16 For Windows dan hasil analisisnya adalah sebagai berikut
(lampiran 19).
a. Hasil uji
korelasi menunjukkan bahwa nilai rX2,Y adalah 0,754.
b. Kontribusi variabel Kreativitas Guru terhadap
produktivitas kerja Guru hasilnya r2X2,Y
= 0,569.
c. Berdasarkan hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%, diperoleh nilai F hitung sebesar 50,144 dengan
tingkat signifikansi 0,000.
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana
diperoleh nilai konstanta (a) = 152,502 dan nilai koefisien regresi (b) =
2,712. Dengan demikian persamaan regresinya sebagai berikut.
Y = 152,502 + 2,712 X2
e. Untuk menguji validitas persamaan regresi, maka dilakukan uji t
dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho : Koefisien regresi (b) tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi (b) signifikan
Berdasarkan
hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%,
diperoleh nilai t hitung sebesar 7,081 dengan tingkat signifikansi 0,000.
3. Hubungan antara Disiplin Guru (X1)
dengan Produktivitas Kerja Guru (Y)
Hipotesis 3
Ho artinya (rX1,Y =0) : Tidak ada hubungan positif secara langsung antara disiplin guru dengan produktivitas Kerja guru
H1 artinya (rX1,Y > 0) : Ada hubungan positif secara langsung antara
disiplin guru dengan produktivitas KerjaGuru
Pengujian
hipotesis tersebut di atas, peneliti menggunakan analisa korelasi dan regresi
sederhana dari SPSS-16 For Windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa:
a. Hasil uji
korelasi menunjukkan bahwa nilai rX1,Y adalah 0,996.
b. Kontribusi variabel Disiplin Guru (X1) terhadap Kreativitas
guru hasilnya r2X1,Y
= 0,991.
c. Berdasarkan hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,332 dengan
tingkat signifikansi 0,000.
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana
diperoleh nilai konstanta (a) = 7,532 dan nilai koefisien regresi (b) = 7,733.
Jadi persamaan regresinya:
Y = 7,532 + 7,733 X1
e. Untuk menguji validitas persamaan regresi, maka dilakukan uji t
dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho : Koefisien regresi (b) tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi (b) signifikan
Berdasarkan
hasil uji signifikansi pada α = 0,05 atau 5%,
diperoleh nilai t hitung sebesar 65,815 dengan tingkat signifikansi 0,000.
B. Pembahasan
1. Hubungan antara
Disiplin Guru (X1) dengan
Produktivitas kerja guru (Y)
a. Dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,748
maka r hitung lebih besar dari pada r tabel (0,304), artinya ada hubungan
positif antara disiplin guru dengan
kreativitas guru , dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
b. Koefisien determinasi yang nilainya sebesar
0,560 menunjukkan bahwa 56 % Kreativitas guru dapat dijelaskan oleh variabel
disiplin guru dan 44 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
diteliti.
c. Nilai F hitung (48,323) lebih besar dari pada
nilai F tabel (4,10), maka dapat disimpulkan menolak Ho yang berarti antara
Disiplin Guru dan Kreativitas Guru ada hubungan linier. Dengan
tingkat signifikan (0,000) lebih kecil dari taraf signifikan (5%), maka model
regresi dapat dipakai untuk memprediksi produktivitas guru .
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana
diperoleh persamaan regresi sebagi berikut.
X2 = -5,899 + 1,616 X1
1)
Konstanta sebesar -5,899 menyatakan bahwa jika
tidak disiplin untuk meningkatkan
kreativitas tidak ada, maka kreativitas
guru adalah -5,899.
2)
Koefisien regresi sebesar 1,616 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 untuk disiplin guru akan meningkatkan kreativitas guru
sebesar 1,616. Jadi ada hubungan yang positif dan linier antara variabel
disiplin guru dengan kretivitas guru.
e. Hasil uji signifikansi pada α = 0,05
atau 5%, diperoleh nilai t hitung
(6,951) lebih besar dari pada t tabel (2,021) dan tingkat signifikansi
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan (5%). Dengan demikian Ho (koefisien regresi tidak signifikan) ditolak,
artinya koefisien regresi signifikan.
Ho = Tidak ada hubungan positif
antara disiplin guru
dengan kreatifitas guru
ditolak, artinya ada hubungan yang positif dan linier antara disiplin
guru dan kreativitas guru.
2. Hubungan antara
Kreativitas Guru (X2) dengan Produktivitas
Guru (Y)
a. Dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,754
maka r hitung lebih besar dari pada r tabel (0,304), artinya ada hubungan
positif antara kreatifitas guru
dengan Produktivitas kerja guru,
dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
b. Koefisien determinasi yang nilainya sebesar
0,569 menunjukkan bahwa 56,9 % kreatifitas guru
dapat dijelaskan oleh variable kreativitas guru dan 43,1 % dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak diteliti.
c. Nilai
F hitung (50,144) lebih besar dari pada nilai F tabel (4,10), maka dapat
disimpulkan menolak Ho yang berarti antara Kreativitas guru dan Produktivitas kerja guru ada hubungan linier. Dengan tingkat signifikan
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikan (5%), maka model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi Produktivitas kerja guru .
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi
linier sederhana diperoleh persamaan regresi sebagi berikut:
Y = 152,502 + 2,712 X2
1)
Konstanta sebesar 152,502 menyatakan bahwa
jika seorang guru tidak mempunyai kreativitas
maka produktivitas kerja guru
hanya sebesar 152,502 dari standar 400.
2)
Koefisien
regresi sebesar 2,712 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 untuk kreativitas
kerja guru akan meningkatkan produktivitas kerja guru sebesar 2,712. Jadi ada hubungan yang positif
dan linier antara variabel kreatifitas guru
dengan produktivitas kerja guru
e. Hasil uji signifikansi pada α = 0,05
atau 5%, diperoleh nilai t hitung
(7,081) lebih besar dari pada t tabel (2,021) dan tingkat signifikansi
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan (5%). Dengan demikian Ho (koefisien regresi tidak signifikan) ditolak,
artinya koefisien regresi signifikan.
Ho
= Tidak ada hubungan positif antara Kreativitas guru dengan produktivitas kerja
guru ditolak,
artinya ada hubungan yang positif dan linier antara kreatifitas guru dengan produktivitas guru
3. Hubungan
disiplin guru (X1) dengan
produktifitas kerja guru (Y)
a. Dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,996
maka r hitung lebih besar dari pada r tabel (0,304), artinya ada hubungan
positif secara langsung antara disiplin guru
dengan produktivitas kerja guru
dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
b. Koefisien determinasi yang nilainya sebesar
0,991 menunjukkan bahwa 99,1% produktivitas kerja guru dapat dijelaskan oleh variabel disiplin
duru dan 0,9% dijelaskan oleh variabel-variabel
lain yang tidak diteliti.
c. Nilai F hitung (4,3323) lebih besar dari pada
nilai F tabel (4,10), maka dapat disimpulkan menolak Ho yang berarti antara
disiplin guru dan produktivitas kerja guru
ada hubungan linier. Dengan tingkat signifikan (0,000) lebih kecil dari
taraf signifikan (5%), maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
kreativitas guru
d. Hasil perhitungan melalui analisis regresi linier sederhana
diperoleh persamaan regresi sebagi berikut.
Y = 7,532 + 7,733 X1
1)
Konstanta sebesar 7,532 menyatakan bahwa
produktivitas kerja guru hanya sebesar
7,532 dari standar mutu 400 jika guru sama sekali tidak mempunyai disiplin
2)
Koefisien regresi sebesar 7,733 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 untuk disiplin
akan meningkatkan produktivitas kerja guru sebesar 7,733. Jadi ada hubungan yang positif
dan linier antara variabel disiplin
dengan produktivitas .
e. Hasil uji signifikansi pada α = 0,05
atau 5%, diperoleh nilai t hitung
(65,815) lebih besar dari pada t tabel (2,021) dan tingkat signifikansi
(0,000) lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan (5%). Dengan demikian Ho (koefisien regresi tidak signifikan) ditolak,
artinya koefisien regresi signifikan.
yang ditolak, artinya ada hubungan
yang positif dan linier antara disiplin guru
dan produktifitas kerja guru.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1)
Hubungan antara disiplin guru dengan
produktivitas guru (rX1,X2)
adalah kuat dan positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1
diterima. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier; 2) Hubungan antara
kreatifitas guru dengan produktivitas
guru (rX2,Y) adalah kuat dan
positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1 diterima.
Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier. 3) Hubungan langsung antara
disiplin guru dengan kreativitas secara
bersama-sama (rX1,Y) adalah
sangat kuat dan positif, dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan H1
diterima. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang linier.
Bibliografi
Abdullah, M. (2014). Manajemen dan evaluasi kinerja
karyawan. Aswaja Pressindo.
Afandi, I. (2020). Peran Kepala Sekolah Tk Dalam
Meningkatkan Kualitas Guru Dan Murid Tk Al-Ibrohimy Galis. Jurnal Wawasan
Ilmu Anak Usia Dini, 1(1), 36–54.
Iskandar, U. (2013). Kepemimpinan kepala sekolah dalam
peningkatan kinerja guru. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 10(1).
Morrisan, M. A. (2012). Metode penelitian survei.
Kencana.
Riniwati, H. (2016). Manajemen Sumberdaya Manusia:
Aktivitas Utama dan Pengembangan SDM. Universitas Brawijaya Press.
Roqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam;
Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat.
LKIS Pelangi Aksara.
Sinambela, L. P. (2021). Manajemen Sumber Daya
Manusia: Membangun tim kerja yang solid untuk meningkatkan kinerja. Bumi
Aksara.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003. (n.d.). tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang No. 22 Tahun 1999. (n.d.). tentang
Pemerintah Daerah.
Zakaria, T. (2014). Disiplin: Sebuah Keharusan yang
Wajib Dimiliki Setiap Pegawai. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(1),
62–66.